JAKARTA, Sejarawan sekaligus pelaku sejarah Des Alwi membuat film dokumenter mengenai mantan perdana menteri pertama RI Sutan Sjahrir, yang telah ditayangkan pada 5 Maret 2009, atau bertepatan dengan peringatan seratus tahun kelahiran Sjahrir.

"Saya sedang menyiapkan satu film dokumenter tentang Sutan Sjahrir, mulai dari lahir hingga wafatnya," katanya dalam jumpa pers Peringatan 100 Tahun Sutan Sjahrir di Jakarta.

Selain Des Alwi, hadir dalam jumpa pers itu sejumlah tokoh penggagas acara seperti putera-puteri Sutan Sjahrir, Kriya Arsyah Sjahrir dan Siti Rabyah Parvati, kerabat dekat Sjahrir Nugroho Wisnumurti, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, pengamat politik Daniel Dhakidae, sosiolog Imam Prasojo, aktivis 66 Rahman Tolleng, tokoh pers Aristides Katoppo dan Sabam Siagian.

Menurut Des Alwi, dirinya mengenal Sutan Sjahrir ketika Sjahrir bersama Bung Hatta diasingkan oleh Belanda ke Banda Naira, Maluku, yang juga tempat asalnya.

Film dokumenter ini akan bercerita mulai dari Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumbar, 5 Maret 1090, lalu ikut ayahnya bertugas di Bandung," katanya.

Des menuturkan, sejak kecil Sutan Sjahrir tidak suka pemberontakan, namun ketika diajak mendengarkan pidato dr Cipto Mangunkusumo di Bandung, barulah ia menjadi seorang nasionalis.

Selanjutnya, katanya, Sutan Sjahrir dikirim ayahnya untuk bersekolah di Belanda dan sekembalinya ke Tanah Air bergabung dengan Bung Karno dan Bung Hatta memperjuangkan kemerdekaan RI.

Film dokumenter itu, lanjutnya, juga berisi perjuangan Sjahrir hingga masuk penjara, lalu dibuang ke Digul, Irian Jaya, selama setahun bersama Bung Hatta, sebelum diasingkan lagi ke Banda Naira.

"Kita akan putar pada 5 Maret. Kalau sudah menonton film ini, pasti akan lebih mengetahui sejarah nasional, khususnya tentang Sutan Sjahrir," katanya.

Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumbar, 5 Maret 1909. Ia dikaruniai dua orang anak, yakni Kriya Arsyah dan Siti Rabyah Parvati, dari hasil pernikahannya dengan Siti Wahyunah, pada tahun 1951.

Sutan Sjahrir pernah menjabat Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) merangkap Ketua Badan Pekerja KNIP pada 16 Oktober-28 November 1945. Sjahrir juga pernah tiga kali memimpin kabinet parlementer sebagai Perdana Menteri pada 15 November 1945 sampai 27 Juni 1947.

Pada 30 Juni 1947 hingga akhir Januari 1950, Sutan Sjahrir menjabat sebagai penasihat presiden RI. Ia juga pernah menjadi Duta Besar Keliling RI pada 1947. Sejak akhir Januari 1950 Sutan Sjahrir tidak lagi memegang suatu jabatan negara (Kompas, 2009)

0 comments:

SAIL BANDA 2010

Serba-Serbi Banda Naira